Lagu Qasidah Natal Jangan Disangka Nasyid Islam

Jumat, 17 Desember 2010

JAKARTA (voa-islam.com) - Metro TV akan menayangkan perayaan Natal yang salah satu lagunya berbahasa Arab. Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta panitia lebih berhati-hati. Lagu Natal berbahasa Arab bisa disalahpahami.

"Kalau di Indonesia ada kidung berbahasa Arab, nanti disangka qasidah oleh masyarakat Islam. Apalagi di pedesaan," kata Ketua MUI Amidhan melalui telepon, Kamis (24/12/2009).

Menurut Amidhan, umat Nasrani di Timur Tengah tentu saja berbahasa Arab saat misa di gereja. Mereka yang tidak memahami bahasa Arab tidak bisa membedakannya dengan khutbah di masjid.

"Nah, kalau memang ingin membumikan bahasanya, kenapa tidak memakai bahasa yang ada di Indonesia. Misalnya bahasa Madura, Jawa atau Sunda," papar Amidhan.

Amidhan menjelaskan bahasa Arab bukan monopoli umat Islam. Namun di Indonesia bahasa Arab banyak digunakan dalam istilah-istilah yang diasosiasikan dengan Islam.

Dia menjelaskan pernah ada protes masyarakat soal Madrasah Alkitab, tapi maksudnya Al Kitab itu Injil. Padahal madrasah itu identik dengan sekolah Islam.

"Jadi yang mendesain acara harus hati-hati. Walaupun cuma lagu, itu bisa memancing. Panitia harus menjelaskan alasan mereka menampilkan lagu berbahasa Arab dalam acara itu," pungkas Amidhan.

Rencananya, Metro TV akan merelay acara perayaan Natal yang sudah digelar di Istora Senayan. Penayangan ini rencananya pada Jumat, 25 Desember 2009 pukul 15.05 WIB. Akan ada satu lagu dari trio penyanyi Palestina yaitu Jingle Bells berbahasa Arab.

MUI Pamekasan Khawatirkan Natalan Berbahasa Arab

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pamekasan mengkhawatirkan rencana perayaan Natal yang akan memakai bahasa Arab. Acara yang akan ditayangkan salah satu stasiun TV swasta ini dinilai bisa mendatangkan salah paham.

"Saya khawatir jika bahasa Arab dipakai sebagai bahasa pengantar Natalan akan terjadi ekses yang tidak diinginkan bersama," jelas Sekretaris MUI Pamekasan, Alwi Beq, di Pamekasan, Kamis (24/12/2009).

Menurut Alwi, bahasa Arab memang bukan monopoli umat Islam. Umat Nasrani di Libanon, Suriah, Iran dan Irak tidak dipermasalahkan berbahasa Arab dalam khotbah misa Natal.

Namun, di Indonesia, hal ini menjadi berbeda. Umat muslim Indonesia masih menghormati bahasa Arab sebagai milik umat Islam. Meski demikian, khotbah Jumat pun dilakukan dengan bahasa Indonesia kecuali pada pembukaan dan doa.

"Jadi, tidaklah jelek jika misa Natal juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khotbah. Sebagai bentuk penghormatan kepada bahasa nasional," saran Alwi.

Itu sebabnya, Alwi bertanya-tanya apakah ada maksud khusus dari gereja yang akan menggunakan bahasa Arab dalam acara Natal. Apalagi acara ini akan disiarkan televisi nasional.

"Sebaiknya Menteri Agama memberikan masukan terkait acara Natal berbahasa Arab tersebut. Ini semua untuk terciptanya kerukunan kehidupan beragama di negeri kita ini," pungkas Alwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan kritik dan saran anda...Jazakumullah Khoir...